Sebaik-baik do’a adalah do’a hari
Arafah -9 Dzulhijjah-. Maksudnya, do’a ini paling cepat
diijabahi. Sehingga kita diperintahkan untuk konsen melakukan ibadah yang satu
ini di pada hari Arafah, apalagi untuk orang yang sedang wukuf di Arafah.
Dari ‘Aisyah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا
مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِى بِهِمُ
الْمَلاَئِكَةَ فَيَقُولُ مَا أَرَادَ هَؤُلاَءِ
“Di antara hari yang Allah banyak membebaskan
seseorang dari neraka adalah hari Arafah. Dia akan mendekati mereka lalu akan
menampakkan keutamaan mereka pada para malaikat. Kemudian Allah berfirman: Apa
yang diinginkan oleh mereka?” (HR. Muslim no. 1348).
Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ
“Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari Arafah.”
(HR. Tirmidzi no. 3585. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Maksudnya, inilah doa yang paling cepat dipenuhi atau terkabulkan (Lihat
Tuhfatul Ahwadzi, 10: 33).
Apakah keutamaan do’a ini hanya khusus bagi
yang wukuf di Arafah? Apakah berlaku juga keutamaan ini bagi orang yang tidak
menunaikan ibadah haji?
Yang tepat, mustajabnya do’a tersebut adalah
umum, baik bagi yang berhaji maupun yang tidak berhaji karena keutamaan yang
ada adalah keutamaan pada hari. Sedangkan yang berada di Arafah (yang sedang
wukuf pada tanggal 9 Dzulhijjah), ia berarti menggabungkan antara keutamaan
waktu dan tempat. Demikian kata Syaikh Shalih Al Munajjid dalam fatawanya no. 70282.
Tanda bahwasanya do’a pada hari Arafah karena
dilihat dari kemuliaan hari tersebut dapat kita lihat dari sebagian salaf yang
membolehkan ta’rif. Ta’rif adalah berkumpul di masjid
untuk berdo’a dan dzikir pada hari Arafah. Yang melakukan seperti ini adalah
sahabat Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma. Imam Ahmad masih
membolehkannya walau beliau sendiri tidak melakukannya.
Syaikh Shalih Al Munajjid -semoga Allah
berkahi umur beliau- menerangkan, “Hal ini menunjukkan bahwa mereka
menilai keutamaan hari Arafah tidaklah khusus bagi orang yang berhaji saja.
Walau memang berkumpul-kumpul seperti ini untuk dzikir dan do’a pada hari
Arafah tidaklah pernah ada dasarnya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Oleh karena itu Imam Ahmad tidak melakukannya. Namun beliau beri
keringanan dan tidak melarang karena ada sebagian sahabat yang melakukannya
seperti Ibnu ‘Abbas dan ‘Amr bin Harits radhiyallahu ‘anhum.” (Fatawa
Al Islam Sual wal Jawab no. 70282)
Para salaf dahulu saling memperingatkan pada hari
Arafah untuk sibuk dengan ibadah dan memperbanyak do’a serta tidak banyak
bergaul dengan manusia. ‘Atho’ bin Abi Robbah mengatakan pada ‘Umar bin Al
Warod, “Jika engkau mampu mengasingkan diri di siang hari Arafah,
maka lakukanlah.” (Ahwalus Salaf fil Hajj, hal. 44)
Do’a ini bagi yang wukuf dimulai dari siang hari
selepas matahari tergelincir ke barat (masuk shalat Zhuhur) hingga terbenamnya
matahari.
Semoga Allah memudahkan kita untuk
menyibukkan diri dengan do’a pada hari Arafah.
Sumber: http://muslim.or.id/tazkiyatun-nufus/mustajabnya-doa-pada-hari-arafah.html
No comments:
Post a Comment