Followers

23 April 2013

Petunjuk Nabi Shalallahu’alaihi Wassallam Dalam Tertawa dan Menangis

Asy Syaikh Abdullah bin Ibrahim Al-Haidan, Tangis Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam serupa dgn tertawanya tidak tersedu-sedu dan tidak berteriak-teriak seperti halnya tertawanya Beliau tidaklah terbahak-bahak namun kedua matanya berlinang hingga meneteskan air mata terdengar pada dada Beliau desis napasnya.Terkadang tangisan Beliau sebagai bentuk ungkapan kasih sayang terhadap orang yang meninggal atau pula sebagai ungkapan rasa kekhawatiran dan belas kasih terhadap umatnya dan kadang karena rasa takut kepada Allah atau ketika mendengar Al-Qur’an. Yang seperti itu adalah tangisan yang timbul dari rasa rindu cinta dan pengagungan bercampur rasa takut kepada Allah.{Zadul Ma’ad 1/183}.

Abdullah bin Mas’ud menuturkan Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam bersabda: Bacakan untukku. Lalu katakan: Wahai Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam aku baca untuk engkau padahal Al-Qur’an turun kepadamu? Beliau berkata: Ya Sesungguhnya saya ingin mendengarkannya dari selainku. Lalu aku baca surat An-Nisa’ hingga sampai ayat : Maka bagaimanakah apabila Kami mendatangkan seseorang saksi dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu sebagai saksi atas mereka itu. Beliau lantas berkata: Ya cukup. Tiba-tiba air mata Beliau menetes. Demikian pula Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam pernah menangis ketika menyaksikan salah satunya cucunya yang nafasnya sudah mulai terputus-putus dan ketika putra beliau Ibrahim meninggal air mata Beliau menetes karena belas kasih Beliau kepadanya. Beliau Shalallahu’alaihi Wassallam menangis ketika meninggalnya Ustman bin Madh’un Beliau menangis ketika terjadi gerhana matahari lantas Beliau shalat gerhana dan beliau nienangis dalam shalatnya kadang pula Beliau menangis di saat menunaikan shalat malam.Diriwayatkan dari Tsabit Al-Bunaniy dari Muthorrif dari bapaknya berkata: Saya menjumpai Nabi Shalallahu’alaihi Wassallam sedang dalam keadaan shalat terdengar dalam perut beliau Al-Aziz maksudnya Beliau sedang menangis.
{HR Ahmad An-Nasa-i dan Abu Dawud serta Al-Baihaqi dalam Asy-Syu’ab dan dishahihkan oleh Al-Albani 8 AI-Fath Ar-Rabbani 4/111.}Al-Aziz adalah rintihan dalam perut dalam arti lain suara tangis. Al-Mirjal dengan dikasroh mimnya adalah bejana yang difungsikan untuk mendidihkan air yang terbuat dari besi kuningan atau batu.

Disebutkan dalam Al-Fath Ar-Rabbaniy: Makna ucapan tersebut adalah bahwa isi perut nabi Shalallahu’alaihi Wassallam mendidih dari sebab Beliau menangis dari rasa takut kepada Allah. Terdapat dalam suatu riwayat bahwasanya Beliau Shalallahu’alaihi Wassallam mengatakan: Beberapa surat telah membuatku beruban seperti surat Hud Al-Waqi’ah Al Mursalaat Amma Yatasa’alun dan surat Idzassyamsyu Kuwwirat. Adalah bacaannya Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam bisa membelah hati seseorang sebagaimana tertera dalam Ash-Shahihain dari Jubair bin Muth’im ia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam membaca surat Ath-Thur dalam shalat maghrib tidaklah aku mendengar suara yang paling bagus dari beliau. Dalam sebagian riwayat lain : Maka tatkala aku mendengar beliau membaca: Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yg menciptakan? Lantas ia mengatakan: Hampir saja jantungku terbang. Berkata Ibnu Katsir Ketika Jubair mendengar ayat tersebut ia masih musyrik menganut ajaran kaumnya ia datang di saat terjadinya penebusan tawanan perang setelah perang badar. Maka cukuplah bagi kamu dengan orang yang bacaannya punya pengaruh terhadap orang yang getol kepada kekafirannya dan itulah yang menjadi sebab ia mendapatkan hidayah oleh karena itu sebaik-baik bacaan adalah yang muncul dari kekhusyukan hati. Thawus berkata: manusia yang paling bagus suaranya dalam membaca Al-Qur’an adalah yang mereka paling takut kepada Allah.Dinukil dari buku : Air Mata Iman Kisah-kisah Salafus Shaleh saat Membaca Al Qur’an Penerbit : Qaulan Karima Purwokerto Judul Asli : Al-Buka’ ‘Inda Qiraatil Qur’an
sumber : file chm Darus Salaf 2

11 April 2013

Bahaya Riba

Diriwayatkan dari Amirul Mu’minin ‘Umar ibnul Khaththab radhiyallahu ‘anhu, Beliau berkata,

لَا يَبِعْ فِيْ سُوْقِنَا إِلاَّ مَنْ يَفْقَهُ، وَإِلِا أَكَلَ الرِّباَ

“Yang boleh berjualan di pasar kami ini hanyalah orang-orang yang faqih (paham akan ilmu agama), karena jika tidak, maka dia akan menerjang riba.”

Begitu seriusnya para pemimpin umat Islam, seperti ‘Umar ibnul Khaththab radhiyallahu ‘anhu, melindungi akhlak umat Islam agar terhindar dari praktek-praktek ribawi di dalam perniagaan. hal ini mengingat begitu dahsyatnya dosa pelaku riba sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Abid Dunya dan Al Baihaqi, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sesungguhnya uang satu dirham yang didapat oleh seseorang dari riba itu lebih besar dosanya di sisi Allah dibanding 28 kali dosa zina yang dilakukan orang tersebut,”

Selanjutnya, Ibnu Majah, Al-Hakim dan Al-Baihaqi meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud Radiyallahu ‘Anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘Alahi Wasallam bersabda,

“Riba ada 73 pintu. Yang paling ringan adalah seperti orang yang berzina dengan ibu kandungnya”.

Dalam menghindari praktek-praktek ribawi, penjagaan para pemimpin Islam terhadap rakyatnya bisa terlihat di Negara-negara Islam. Tradisi untuk melakukan pengawasan dalam praktek perdagangan di pasar-pasar masih berlangsung hingga abad 8 Hijriyah di Negara-negara Islam. Dikisahkan oleh Ibnu Al Haj (ulama madzhab Maliki, wafat 737 H),” Di Maroko masih terdapat seorang petugas negara yang melakukan pemeriksaan pasar. Ia menguji para pemilik toko tentang hukum-hukum jual-beli muamalat barang yang didagangkannya dan bagaimana riba bisa terjadi dalam transaksi dagangannnya serta bagaimana caranya menghindari riba. jika pedagang dapat menjawab, dibiarkan tetap berdagang, dan jika tidak bisa menjawab, petugas berkata, 'Kami tidak membiarkan engkau berjualan di Pasar karena engkau akan memberi umat Islam riba dan harta haram."'(Al Madkhal, jilid I hlm. 157)

Abu Shofiy - 30 Jumadil Ula 1433 H